Ada seorang santri yang mendapat tugas dari gurunya untuk menimba ilmu pada Abid temannya di kota lain. Lama si santri berjalan dan menanyakan kepada orang-orang di sepanjang perjalanan tentang siapa dan bagimana Tuan Abid yang akan mengajarinya ilmu.
”Untuk apa engkau menanyakan si brengsek itu,” kata seseorang yang ia temui di jalan. ”Dia mudah di cari, sebab ia selalu duduk bersama para pemabuk dan penjudi.”
”Dia selalu menghabiskan waktunya dengan banyak pelacur”
”Dia dulunya orang yang alim, sekarang berubah menjadi hina.”
Begitulah kata orang-orang di sepanjang perjalanan. Si santri ini mulai bimbang, mengapa semua orang membicarakan keburukan Tuan Abid? Apakah gurunya tidak salah menyuruh dirinya menimba ilmu dari Tuan Abid? ”Ah, itu hanya tuduhan tanpa bukti, aku belum percaya jika belum membuktikannya.”
Sampailah ia di kota tempat Tuan Abid berada, lalu ia berjalan mendekat kerumunan penjudi dan pemabuk untuk membuktikan kebenaran berita itu. Si santri menanyakan pada salah seorang penjudi, apakah Tuan Abid ada di situ. Penjudi itu menunjuk ke tengah-tengah kerumunan para pemabuk. ”Ah, ternyata benar berita itu,” keluh si santri dalam hati.
Pupuslah keinginan si santri untuk bertemu dan berguru kepada Tuan Abid, lalu dengan langkah lesu dan tidak nyaman ia segera berlalu dari tempat itu. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. Ternyata Tuan Abid yang menepuk pundaknya kemudian Tuan Abid berkata, ”Engkau orang yang dikirim temanku? Aku tahu engkau pasti berprasangka buruk terhadapku. Aku dikelilingi para pemabuk dan penjudi, kadang aku ke tempat pelacuran. Engkau pasti menduga bahwa aku melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Allah. Engkau pasti berfikir, bahwa aku ini orang brengsek yang tidak tahu malu. Ketahuilah, dulu di sini ada sekitar 80-an penjudi dan pemabuk. Sekarang coba engkau hitung, yang tersisa sekarang hanya 40-an. Ke mana yang 40 lainnya? Alhamdulillah mereka sudah bertaubat, dan kembali kepada-Nya. Sekarang yang 40 orang yang masih berada di sini adalah tugasmu untuk mengajak mereka kembali ke jalan Allah SWT. Dan karena tugas inilah gurumu mengirimmu kepadaku.”
”Untuk apa engkau menanyakan si brengsek itu,” kata seseorang yang ia temui di jalan. ”Dia mudah di cari, sebab ia selalu duduk bersama para pemabuk dan penjudi.”
”Dia selalu menghabiskan waktunya dengan banyak pelacur”
”Dia dulunya orang yang alim, sekarang berubah menjadi hina.”
Begitulah kata orang-orang di sepanjang perjalanan. Si santri ini mulai bimbang, mengapa semua orang membicarakan keburukan Tuan Abid? Apakah gurunya tidak salah menyuruh dirinya menimba ilmu dari Tuan Abid? ”Ah, itu hanya tuduhan tanpa bukti, aku belum percaya jika belum membuktikannya.”
Sampailah ia di kota tempat Tuan Abid berada, lalu ia berjalan mendekat kerumunan penjudi dan pemabuk untuk membuktikan kebenaran berita itu. Si santri menanyakan pada salah seorang penjudi, apakah Tuan Abid ada di situ. Penjudi itu menunjuk ke tengah-tengah kerumunan para pemabuk. ”Ah, ternyata benar berita itu,” keluh si santri dalam hati.
Pupuslah keinginan si santri untuk bertemu dan berguru kepada Tuan Abid, lalu dengan langkah lesu dan tidak nyaman ia segera berlalu dari tempat itu. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. Ternyata Tuan Abid yang menepuk pundaknya kemudian Tuan Abid berkata, ”Engkau orang yang dikirim temanku? Aku tahu engkau pasti berprasangka buruk terhadapku. Aku dikelilingi para pemabuk dan penjudi, kadang aku ke tempat pelacuran. Engkau pasti menduga bahwa aku melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Allah. Engkau pasti berfikir, bahwa aku ini orang brengsek yang tidak tahu malu. Ketahuilah, dulu di sini ada sekitar 80-an penjudi dan pemabuk. Sekarang coba engkau hitung, yang tersisa sekarang hanya 40-an. Ke mana yang 40 lainnya? Alhamdulillah mereka sudah bertaubat, dan kembali kepada-Nya. Sekarang yang 40 orang yang masih berada di sini adalah tugasmu untuk mengajak mereka kembali ke jalan Allah SWT. Dan karena tugas inilah gurumu mengirimmu kepadaku.”
Prasangka. Itulah yang yang menyebabkan persatuan menjadi perpecahan, persaudaraan menjadi permusuhan. Jauhilah sebagian dari prasangka sebab sebagian dari prasangka adalah dosa.
0 komentar:
Posting Komentar
Pelipur Lara untuk Rihlatulillah