Banana Lesson
Suatu hari, aku dan kawanku makan siang di sebuah warung kampus. Pada saat temanku makan pisang tiba-tiba ia terdiam. Ku pikir ia tersedak. “Kenapa?” tanyaku pada kawanku.
“Apa kamu tersedak?” tanyaku kembali.
“Tidak,” sahut kawanku, “Sahabatku, menurutmu jika engkau membeli pisang, mahal mana antara 1 buah pisang dengan 1 tundun pisang?”
“Kamu lucu ya,” kataku, “Ya tentu saja mahal pisang 1 tundun.”
Kawanku berkata, “Padahal dalam pisang 1 tundun, ada pisang yang masak, ada yang belum masak, bahkan mungkin masih hijau. Namun semuanya menjadi mahal harganya jika disatukan dalam 1 tundun. Jika pisang itu dijual terpisah, tentu saja yang tidak masak, yang hijau atau yang busuk tidak akan ada harganya. Apakah aku benar sahabat?”
“Ya, itu benar.”
Kawanku terdiam sejenak, kemudian ia meneruskan lagi, “Itulah gambaran sholat berjamaah. Allah menghitung semuanya, dalam jamaah itu ada yang khusyu, ada pula yang tidak, ada anak-anak yang tidak mengerti bacaan sholat dan lain-lain. Namun mereka dihargai lebih. Bayangkan jika kita sholat sendirian, kadang tidak khusyu, kadang dalam sholat teringat macam-macam dan lain-lain. Kira-kira ada tidak ya harga sholat kita? ”
Aku termenung mendengar ucapan kawanku. Memang benar apa yang dikatakannya. Ingatanku kembali kapada waktu-waktu di mana aku selalu meremehkan panggilan adzan, atau aku merasa kesal saat muadzin mengumandangkan adzan padahal saat itu aku sedang asyik menonton tv, atau aku selalu mengulur wudhu ku. Nanti dan nanti. Terimakasih Ya Allah atas pelajaran buah pisang
4 komentar:
Subhanallah... cerita yang bagus Mas Monte..
Kapan2 saya ikut ngisi cerita boleh?
Salut buat Anda...
terima kasih semuanya. monggo menawi badhe nitip cerita meditasi pak ahmad.
cerita ini membuat aq termangu dan tertegun, hingga aq berfikir bagaimanakah shalat yang aq kerjakan selama ini........
cerita ini sangat bermanfaat dan sangat baik tuk dipelajari bagi setiap umat muslim.
Posting Komentar
Pelipur Lara untuk Rihlatulillah