Seorang ibu menjahitkan baju pada seorang tukang jahit di kotanya. Sebuah baju untuk perkawinan putrinya. Ketika baju tersebut jadi, datanglah ibu itu untuk mengambilnya. ”Sebuah baju yang indah,” seru sang ibu, ”Tapi ada yang tidak sesuai dengan permintaan saya pak penjahit. Bukankah saya minta bahunya dikembangkan sedikit supaya badan saya terlihat lebih tegap? Ini kok sempit sekali? Masih ada waktu hingga pesta perkawinan putri saya, tolong diperbaiki ya pak?”
Di luar dugaan, tiba-tiba penjahit ini langsung menangis terisak-isak.
Ibu ini buru-buru berkata, ”Lho pak, baju ini pasti saya ambil dan saya bayar kok. Bapak kan tinggal memperbaiki sedikit.”
Penjahit itu mengusap air matanya, kemudian ia berkata, ” Nyonya, bukan karena baju itu saya menangis. Tiba-tiba saya teringat amalan saya. Seperti baju yang saya kerjakan itu, saya sudah mengupayakan yang terbaik. Ternyata masih saja ada cacatnya. Saya khawatir demikian juga dengan amal ibadah saya yang saya kerjakan, saya sudah mengerjakan amal ibadah dengan sebaik-baiknya. Kemudian bagaimana jika ternyata ibadah saya ada cacat dan celanya lalu Allah tidak mau menerima ibadah saya sebagaimana nyonya tadi menolak baju buatan saya. Bagaimana jika Allah berkata: ”Ibadahmu kurang sempurna jadi belum bisa diterima. Tolong disempurnakan dulu...”
Subhanallah, bagaimana dengan ibadah kita? Apakah ibadah kita sudah sedemikian sempurna sehingga kita sering kali lalai dan terlena oleh dunia. Apakah kita tahu bahwa amal kita bakal diterima Allah? Lihat saja sholat kita yang penuh warna dan pikiran kita, jarang khusyu dan jika imam membaca bacaan panjang kita mengeluh. ’Agrh... kapan selesainya sholat ini.’ Lalu lihat sedekah kita, benarkah sama sekali tidak ada unsur riya di sana? Lalu lihat kebaikan-kebaikan yang kita perbuat untuk orang lain, benarkah kita benar-benar ikhlas Lillahi Ta’ala? Subhanallah...masih banyak sekali yang patut kita benahi. Padahal waktu kita tidak akan bertambah, yang ada terus berkurang. Terimakasih ya Allah atas pelajaran Sebuah Baju
1 komentar:
betapa kerdilnya kita di hadpan Alloh SWT, namun kita sering bersikap sombong, kurang bersyukur, selalu bermaksiat kepadaNya..semoga Alloh menerima taubat qta. amiin
Posting Komentar
Pelipur Lara untuk Rihlatulillah