Hikayat Pendoa
Ada sebuah desa yang sedang terancam bencana alam, seluruh penduduk desa merasa cemas dan khawatir karena bencana tersebut dapat membinasakan seluruh pedesaan. Akhirnya mereka sepakat mengutus orang yang paling soleh di antara mereka untuk berdoa kepada Tuhan. Orang ini kemudian berdoa di tempat yang mustajab dan dengan doa yang telah disyariatkan oleh tuntunan agama. Dia berdoa dengan khusyu’, dan Tuhan mendengar doanya. Desa itu luput dari bencana alam.
Kisah itu menjadi legenda turun-temurun di desa itu. Suatu saat, desa tersebut kembali terancam bencana alam. Penduduk yang cemas kembali memutuskan untuk mengikuti kisah dalam legenda yaitu menyuruh salah seorang yang paling soleh di antara mereka untuk berdoa. Namun orang soleh ini hanya mengetahui tempat mustajab untuk berdoa, sedangkan doa penolak bala yang dibaca pendahulunya tidak ia ketahui Orang yang soleh ini mengawali doanya: “Wahai Tuhan, Engkaulah Pemelihara kami. Wahai Tuhan di tempat inilah dulu penduluku memohon kepada-Mu. Kini aku bersimpuh di tempat ini juga memohon kepada-Mu. Wahai Tuhan aku tahu bahwa diriku ini tidaklah sesoleh penduluku, ketika ia berdoa Engkau mendengarkan doanya dan desa kami terluput dari bencana. Hamba tidak tahu apa yang telah pendulu hamba baca, namun hamba percaya bahwa Engkau akan mendengarkan doa orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa kepada-Mu. Wahai Tuhan, hamba memohon kepada-Mu hindarkanlah desa kami ini dari bencana tersebut.” Dan Tuhan mendengar doanya, desa itu luput dari bencana.
Lama berselang kisah itu menjadi legenda di masyarakat. Ketika suatu saat desa itu mendapat ancaman bencana alam, para penduduknya kembali mengutus orang yang paling soleh di antara mereka. Orang soleh ini tahu doa yang dibaca oleh para pendulunya, namun ia tidak tahu tempat yang dipergunakan untuk berdoa. Akhirnya orang soleh ini pun berdoa di dalam mihrab di kampung itu. Doanya didengar Tuhan dan desa itu terluput dari bencana.
Kisah itu pun menjadi legenda di masyarakat. Kemudian untuk kesekian kalinya, desa itu terancam bencana alam. Para penduduk desa segera mengutus salah seorang yang paling soleh di antara mereka untuk berdoa. Namun orang soleh tersebut tidak tahu tempat berdoa dan tidak tahu doa yang telah dibaca pendulunya. Orang soleh ini berdoa: “Wahai Tuhanku, Engkau telah mendengarkan doa para leluhur kami, dan hamba percaya bahwa Engkau akan pula mendengarkan pinta hamba walaupun hamba berdoa bukan di tempat yang mustajab dan doa yang hamba baca bukanlah doa yang dibaca para pendulu hamba. Mohon wahai Tuhan, hindarkanlah desa kami dari bencana alam tersebut.” Doanya didengar Tuhan dan desa itu sekali lagi terhindar dari bencana alam.
Manusia seringkali lupa bahwa sebenarnya Allah itu sangat dekat dengannya. Allah tahu apa kesulitan manusia, Allah tahu bagaimana penderitaan mahluk-Nya, Allah tahu yang hamba-Nya maui. Allah selalu mendengar doa kita, dan Dia selalu membalasnya hanya terkadang kita sering tidak sadar bahwa Dia telah telah membalas pinta kita.
0 komentar:
Posting Komentar
Pelipur Lara untuk Rihlatulillah